Sebuah kenangan akan selalu diingat dalam sebuah memori, dan didalam memori secara garis besar terdapat dua peristiwa besar dalam hidup dan kehidupan yaitu sebuah lukisan yang indah suatu kebahagian hidup dan goresan yang melukai hati dalam perjalanan kehidupan, keduanya diwakili oleh sebuah memori.
sebuah cerita hidup dalam kehidupan
saat dia kecil dia selalu dimanja karena kondisi fisik dan sikisnya yang membutuhkan banyak perhatian dan perlu slalu diperhatikan, bagai barang antik yang sangat kuno dan tlah usang harus selalu berhati hati apabila sedang membersihkannya dan saat menjaganya dari terpaan angin. setetes embun pagi bisa membuatnya pilek berhari-hari, cipratan air hujan bisa membuatnya meriang seminggu. Sang ayah tlah berusaha tuk mencari apa dan kenapa anak terakhirnya begitu lemah dan rapuhnya bila bersentuhan dengan alam yang tak bersahabat dengannya, namun hasilnya tetap nihil, Nol Besar. ada beberapa analisa yang menunjukan bahwa hidungnya bengkok, singusitis, ususnya melilit dan masih banyak lagi analisa yang didapat tetapi tetap tak ada hasil yang maksimal untuk menyembuhkannya paling tidak untuk bertahan lebih lama. kekawatiran bapak dan ibunya membuat dia makin lemah dan kurang percaya diri.
namun pada akhirnya dia harus bisa mandiri dan tetap berdiri sendiri tanpa harus di kawal orang tuanya, dan ini malah membuatnya bisa bertahan, jadi selama ini kekhawatiran oarng tuanyalah yang membelenggu dirinya untuk bertahan.
makin jauh dengan orang tuanya makin membaik kondisinya, kepercayaan dirinya mulai merambah dada dan sanubarinya untuk tetap bertahan.
kasih sayang yang berlebihan kadang malah membuat belenggu bagi yang di sayangi, bukan belenggu yang menyakitkan tetapi belenggu yang menghanyutkan.
saat aku mulai berteman dengan alam, aku dapatkan kesegaran dalam tiap tarikan nafasku, memangku akui saat pertama kulangkahkan kaki ku dirintik hujan malam kala itu, darah segar mengalir dari hidungku, namun aku tetap bertahan dan aku yakin aku mampu, ini lah belenggu yang selalu menghangatkan diriku yang memisahkanku dari alam, sungguh sangat memabokkan dan menghanyutkan keberanianku. semenjak malam itu aku tapaki langkah baru dan saat itulah mulai kurasakan persahabatan dengan alam yang lebih menghangatkan hidupku, pertahanan tubuhku membaik dan kelemahanku saat bersentuhan dengan alam mulai berkurang, aku bisa yah memang aku bisa.
itu sepuluh tahun yang lalu saat kutemukan kelemahan diri ku, dan aku mulai merangkak dengan sisa harapan untuk menumbuhkannya, walaupun hampir tumbang saat tahun 2006 aku temukan kembali kelemahan itu, bahkan lebih besar dari yang aku kira, singusitisku tumbuh menjadi CAnasofaring stadium III,
Aku sadar, disaat terpuruk dan terdampar dalam lembah penderitaan slalu datang Yang Maha Mengasihi, memberiku kehangatan dengan cintaNya dan menyejukkan Hatiku saat berdzikir untuk Nya, tapi kala dunia menggodaku, semua gersang, Hampa, bahkan anginpun enggan bertiup, aku merindukanNya, tapi kenapa aku slalu melupakanNya.
Dialah sang pembolak-balik Hati, smoga ditetapkan hatiku hanya untuk-Nya, Amien.
Ingatkah kita saat berjanji padaNya ?, untuk mengakui dan mengimaniNya, sebenarnya kitalah yang tlah berjanji bukan Dia, jadi kitalah yang sepatutnya memenuhi janji kita, bukan kita yang menuntu janji-Nya.
ampunilah Hamba yang lemah dan hina ini Ya ALLAh, Hamba bagai titik debu yang tak kuasa menahan diriku sendiri, oleh tiupan angin dunia, hanya Pada Mu ku serahkan diri.